Lahat Pos - Ikan nila, yang dikenal sebagai salah satu sumber protein murah dan populer di Indonesia, ternyata memiliki reputasi yang sangat berbeda di Taiwan.
Di Indonesia, ikan nila kerap menjadi sajian utama di meja makan, dimasak dengan berbagai bumbu khas Nusantara dan disukai banyak orang. Namun, di Taiwan, ikan ini justru dianggap sebagai hama dan tidak diminati oleh masyarakat.
Salah satu alasan utama mengapa ikan nila di Taiwan dianggap sebagai hama. Ikan air tawar seperti nila, dapat menjadi perantara cacing Clonorchis Sinensis, parasit hati manusia yang sering disebut Chinese Liverfluke.
Kebijakan tersebut mengingat cacing tersebut pernah menendemik dibeberapa wilayah Asia seperti, Jepang, Taiwan, Cina serta Asia Tenggara.
Sebaliknya, di Indonesia, ikan nila justru sangat populer karena mudah dibudidayakan dan dapat diolah menjadi berbagai macam hidangan lezat.
Kondisi perairan tropis di Indonesia mendukung pertumbuhan ikan nila yang berkualitas, dan proses budidayanya sering kali lebih terkontrol. Di pasar-pasar tradisional, ikan nila segar menjadi incaran konsumen yang mencari sumber protein dengan harga terjangkau.
Perbedaan ini menunjukkan bagaimana persepsi terhadap ikan nila dapat sangat bervariasi di berbagai negara. Di Taiwan, ikan nila dipandang sebagai masalah lingkungan yang serius, sementara di Indonesia, ikan ini dinilai sebagai makanan yang enak dan ekonomis.
Faktor lingkungan, cara budidaya, dan dampak terhadap ekosistem setempat berperan penting dalam membentuk pandangan masyarakat terhadap ikan nila. Bagi warga Taiwan, ikan ini mungkin menjadi hama yang mengganggu, tetapi bagi warga Indonesia, ikan nila tetap menjadi favorit di meja makan mereka. (*)