KORANLAPOS.COM - Siapa yang tidak tahu dengan Jembatan Ampera Palembang, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel)
Informasi dihimpun https://lahatpos.bacakoran.co, jembatan Ampera dikenal sebagai ikon kota Palembang, yang membelah sungai Musi dan menghubungkan antara Ulu dengan Ilir.
Jembatan Ampera ini merupakan kepanjangan dari Amanat penderitaan rakyat.
BACA JUGA:Gunung Dempo Batuk, Was-was Kembali Erupsi
Sejarawan mengatakan, sebenarnya gagasan membangun Jembatan Ampera ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda sekitar tahun 1906.
Kala itu, wali kota Palembang nya adalah Lakoko de Ville, namun tidak terrealisasi. Baru terrealisasi gagasan tersebut setelah Indonesia merdeka sekitar tahun 1958.
Usulan tersebut datang dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan usulan anggaran Rp30.000.
BACA JUGA:INFO! Kunjungan Presiden Jokowi ke Empat Lawang dan Lahat Diundur
Kemudian pada tahun 1957 terbentuklah lanitia gagasan tersebut dan mengusulkannya kepada Presiden Soekarno.
Panitia tersebut diketuai oleh Gubernur Sumatera Selatan, H.A. Bastari, kemudian Panglima Pemasa Perang Komando Daerah Militar IV Sriwijaya, Harun Sonar.
Lalu wali kota Palembang, Ali Amin dan wakilnya Indra Chaya. Kemudian usulan tersebut disetujui oleh Presiden Soekarno, dengan biaya pembangunan berasal dari rampasan Jepang.
Sekaligus arsiteknya dari Jepang karena waktu itu teknologi yang maju adalah Jepang. Kemudian Jembatan Ampera ini mulai dibangun pada April 1962 hingga 1965.
BACA JUGA:Air Terjun Suku Indah, Miliki Tiga Air Terjun
Pertama kali jembatan itu diberi nama Presiden Soekarno, tapi Presiden kemudian tidak menerimanya. Lalu berubah menjadi Jembatan Ampera sampai sekarang ini. (*)