Matahari Kembar : Oleh Dahlan Iskan

Minggu 08 Jun 2025 - 18:21 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

"Hah? Untuk apa ke Chaozhou?"

 

"Ke makam kakek. Kakek istri," katanya.

 

Istri Junaini yang bermarga Tan (Chen) itu ternyata suku Tiuchu. Asal Chaozhou. Kata Chaozhou dibaca Tiuchu di sini. Boleh dikata, separo Tionghoa di Kalbar adalah suku Tiuchu. Separonya lagi suku Haka. Maka orang Haka di Kalbar bisa bahasa Tiuchu. Orang Tiuchu bisa bahasa Haka. Saya tidak bisa dua-duanya.

 

Di Tiongkok sana, asal usul orang Haka (Meixian/Meizhou) hanya berjarak tiga jam perjalanan mobil dari asal usul orang Tiuchu di Zhaozhou.

 

Tentu saya pernah ke rumah Junaini. Yakni di dekat pasar sebelah barat sungai Kapuas. Dulu kalau ke Pontianak harus menyeberang pakai perahu kecil.

 

Tentu Junaini tidak selamanya di harian Akcaya. Suatu saat ia curhat: sulit membentuk tim yang solid di Akcaya. Saya menangkap isi pedalaman hatinya: ingin berkuasa penuh.

 

Itu tidak mungkin. Pendiri Akcaya, Pak Tabrani Hadi, masih tetap jadi pemegang saham di Akcaya. Orangnya baik. Lemah lembut. Tutur katanya lirih, pelan, dan hati-hati. Setiap mengucapkan satu kalimat ia seperti harus lebih dulu memilih kata-kata seperti ibu saya memilih kerikil di ayakan gabah.

 

Saya bisa memahami gejolak hati Junaini. Maka ia mengusulkan agar saya bikin koran baru di Pontianak. Serahkan manajemen kepadanya sepenuhnya.

 

Kategori :

Terkait

Minggu 08 Jun 2025 - 18:21 WIB

Matahari Kembar : Oleh Dahlan Iskan