LAPOS,Empat Lawang - Petani pepaya (kates) di Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Empat Lawang. Mengalami keresahan
Harapan akan masa depan cerah dari budidaya pepaya kini berubah menjadi kekhawatiran mendalam akibat harga jual yang rendah dan tidak stabil, bahkan terkesan “dipermainkan” tengkulak.
Andi, salah satu petani kates asal Lintang Kanan, mengaku banyak petani beralih dari tanaman kopi ke pepaya karena dianggap lebih menguntungkan.
"Awalnya pepaya terlihat menjanjikan. Banyak yang mengubah kebun kopi menjadi ladang pepaya. Tapi sekarang, harganya kacau dan sering tidak laku," katanya.
Saat ini lanjut Andi, harga beli pepaya di tingkat petani saat ini hanya berkisar antara Rp. 800 hingga Rp1.000 per kilogram. Angka tersebut dinilai sangat jauh dari cukup untuk menutup biaya produksi.
"Selain harga yang murah, sistem pembelian juga merugikan petani. Pembeli datang langsung ke kebun dan hanya mengambil buah yang dianggap matang sempurna," ujarnya
Sementara buah yang terlalu matang atau lembek ditolak, hingga akhirnya terbuang sia-sia, meski sebenarnya masih bisa diolah menjadi produk lain seperti saus atau makanan olahan.
Terpisah, Camat Lintang Kanan, Kodri Malisi, membenarkan kondisi ini. Produksi pepaya di wilayahnya mencapai sekitar 30 ton per hari, dengan sebagian warga memiliki lahan hingga belasan hektare.